Selasa, 28 Juli 2009

Rentak Melayu

Rentak Melayu

(Penggarapan Ornamentasi Musik Melayu Dalam Bentuk Orkestra)

oleh : Hen Ambo

I. Latar Belakang Penciptaan

Penciptaan musik merupakan pelahiran beberapa konsep pemikiran terhadap obyek ciptaan yang mempunyai nilai estetis. Medium dari penciptaan sebuah komposisi musik berasal dari sebuah kesadaran dan pemikiran kreatif individu terhadap bunyi yang dilahirkan melalui sumber bunyi antara lain melalui instumentasi, vocal (suara manusia) yang diekspersikan pada nada-nada, irama (Rhytme) dan dinamika. Bunyi tidak akan mewujudkan sebuah karya seni tanpa adanya nilai-nilai estetis.

Kesenian melayu merupakan representasi budaya melayu. Sejarah melayu yang mengungkapkan silsilah raja-raja, Gurindam Dua Belas oleh Raja Ali Haji yang isinya penuh dengan nasehat-nasehat tentang kehidupan, Serampang Dua Belas dengan gerak gemulai yang meliuk dan dinamis, pantun sederhana yang penuh makna.[1]Dapat dikatakan bahwa kesenian melayu merupakan bagian dari usaha masyarakat melayu untuk merespon, menafsirkan dan menjawab segala persoalan kehidupan yang berkaitan dengan pengetahuan, nilai, norma, adat dan lain-lain. Kesenian bagi masyarakat melayu tidak hanya sebagai ekspresi keindahan semata, tetapi juga sebagai media penyampaian pesan.

Pantun merupakan sebuah media yang dapat dianggap merepresentasikan roh kebudayaan melayu. Menurut Maman S.Mahayana, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pantun sebagai kesenian yang menonjol: (1). Pantun tercatat sebagai salah satu produk kebudayaan melayu yang telah lama menjadi objek pengkajian para peneliti mancanegara, terhitung sejak tahun 1688 menarik perhatian para peneliti barat.(2).Pantun relatif tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, stratifikasi, sosial dan hubungan darah. (3). Pantun dapat digunakan disembarang tempat, dalam berbagai suasana atau dalam kegiatan apapun, baik dalam keadaan sedih atau gembira.[2]

Bila ditinjau dari musik/lagu melayu, pada hakekatnya penyampaikan pesan dari musik tersebut adalah melalui pantun, baik berupa pantun jenaka, pantun pengajaran, pantun berkasih sayang, pantun nasib dan lain sebagainya

Musik melayu dapat dikatakan sebagai tradisi klasik, menurut Patricia Matusky dan Tan Sooi Beng dalam buku Muzik Malaysia : Tradisi Klasik, Rakyat dan sinkretik, musik tradisi klasik adalah musik yang secara tradisi dihidupi dan dipelihara oleh kalangan istana (1997;3).Musik tradisi klasik dimainkan untuk kegiatan kerajaan seperti merayakan hari kelahiran putra- putri raja, meresmikan upacara perkawinan, meresmikan pengangkatan raja dan lain-lain.

Musik melayu sebagai musik rakyat yang dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan yang diwariskan secara turun temurun, berkembang dan didukung oleh masyarakatnya.

Musik melayu juga dapat digolongkan sebagai musik akulturasi, menurut Koentjaraningrat, Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.[3]

Penyesuaian diri budaya asing yang dikawinkan dengan unsur budaya lokal, akan terjadi pembauran budaya dan diterima oleh masyarakat pendukungnya sehingga menjadi musik tradisi budaya setempat. Realitas ini dapat dilihat pada pemakaian instrumen musik yang terdapat pada musik melayu, kehadiran biola, akordeon, gitar merupakan produk instrumen budaya asing yang berbaur dengan kesenian melayu. Pembauran lain dapat juga dilihat dari pemakaian tangga nada pada lagu melayu dengan menggunakan sistem tangga nada diatonic yang merupakan produk budaya barat.

Sejarah awal penggunaan instrumen dalam musik melayu sangat sulit ditemukan bentuk aslinya, namun secara umum alat yang sering digunakan dalam permainan musik melayu antara lain; gendang, serunai, tetawak, biola, kecapi, rebana, suling, gong, canang, akordeon dan gambus.

Gaya dalam sebuah permainan intrumen musik merupakan identitas dari produk kesenian yang lahir sebagai budaya daerah setempat. Instrument musik melayu yang menjadi obyek ciptaan akan mengangkat instrument gesek, yang diwakili oleh alat musik biola. Instrument Biola pada repertoar musik melayu memiliki gaya tersendiri dan merupakan bunyi yang sangat dominan dalam sebuah pertunjukan kesenian melayu selain dari vokal serta pengiring lainya.

Menurut Rizaldi dalam buku nya Biola Gaya Melayu. Adapun bagian yang sangat penting dalam permainan biola melayu, baik sebagai pengiring lagu melayu maupun sebagai instrumental adanya tiga tempat melodi yang harus dimainkan yaitu : (1) melodi pengantar bagian awal, (2) melodi pengantar bagian tengah, dan (3) melodi pengantar bagian penutup.(2005;3).

Bentuk permainan melodi pengantar pada setiap bagian masing-masing lagu melayu terdapat perbedaan, kecuali pada bagian penutup pada umunya sama.Pada setiap bagian ini seorang pemain biola mengekpresikan melodi serta ornamentasi sesuai dengan musikalitas yang dimiliki.

Musik dan lagu melayu mempunyai kekhasan yang bisa ditandai dari istilah dalam musik melayu yaitu Gerenek, atau tekuk, atau berenjut . Istilah ini digunakan pada musik melayu deli. Gerenek pada biola melayu, adalah sebuah permainan nada hias, yang teknis permainannya hampir sama dengan ornament pada musik klasik seperti mordent, triller, grupetto, glissando dan portamento yang mempunyai teknik permainan yang cukup sulit, dan bagi setiap pemain akan memiliki interpretasi yang berbeda-beda.[4] Dan secara ilmu musik nada hias sangat sulit untuk ditulis dalam bentuk tulisan musik yang baku. Kaedah-kaedah musik secara konvensional tidak dapat mendeteksi ornamen-ornamen yang ada pada permainan instrumen musik tersebut, namun pada pengolahan musik melayu ini tetap menggunakan pendekatan musikologis yang digabungkan dengan pendekatan tradisi.

Pada lagu melayu dikenal juga dengan cengkok yang biasanya terdapat pada permainan teknik vocal. Cengkok sering menggunakan nilai nada dalam bentuk triol, kwintol, sektol dan septimol yang menjadikan ciri khas dari permainan lagu melayu.[5]

Materi dari garapan komposisi ini berakar pada spesifikasi dari permainan gerenek dan cengkok yang terdapat pada permainan musik melayu dengan menciptakan garapan baru yang tidak menghilangkan bentuk dan identitas dari kesenian melayu itu sendiri. Pendokumentasian gerenek dan cengkok dari lagu-lagu melayu merupakan langkah-langkah yang penting, sehingga munculnya beberapa tema yang dapat diangkat kedalam komposisi ini.

Musik Melayu sebagai kekuatan musikal juga memiliki kekayaan dibidang sastra yaitu dengan permainan lirik berupa pantun yang kaya dengan pesan dan kesan serta nada-nada hias dan penggunaan nilai-nilai nada dalam bentuk triol, kwintol, sektol , septimol dalam musik melayu merupakan kekayaan musikal yang secara implisit mengandung nilai psikologis (kelincahan, kelembutan serta kekerabatan) dalam kehidupan masyarakat melayu.

Kelincahan dapat ditafsirkan pada permainan gerenek (mordent, triller, grupetto, glissando dan portamento), kelembutan dapat dilahirkan dengan permainan Cengkok (triol, kwintol, sektol dan septimol) dalam lagu-lagu melayu , sedangkan kekerabatan dapat ditafsirkan pada penyampaian lirik dengan pantun-pantunya.

Hal tersebut diatas merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dilahirkan kedalam sebuah bentuk karya seni yang dapat dijadikan kedalam sebuah pertunjukan seni dan menjadi karya baru untuk dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Penggarapan karya seni ini menggunakan disiplin ilmu konvensional yang diolah kedalam bentuk orkestra dengan penonjolan pada kemampuan individual para pemain.

Instrumen Orkestra yang digunakan adalah :

1. Seksi Gesek; biola, biola alto, cello, kontra bass

2. Seksi Tiup Kayu; flute, oboe, clarinet, alto Sax,

3. Seksi Tiup Logam; trompet, trombone, tuba

4. Seksi Perkusi; Gendang melayu, timfani, gong, canang

5. Seksi Keyboard; akordeon

6. Seksi Petik; Gambus, gitar

Bentuk komposisi ini terdiri dari tiga bagian yaitu: senandung, mak inang dan joget. Seluruh komposisi ini dimainkan dengan durasi 60 menit.

II. Rumusan Masalah

Berangkat dari kontens dan sub kontens penggarapan rentak melayu menitik beratkan pada fenomena musikal yang ada. Gerenek dan cengkok adalah unsur musikal yang paling kecil dalam tema musik melayu. Unsur tersebut memiliki tingkat pemahaman serta teknik yang cukup tinggi. Permainan Gerenek dan cengkok ini dimainkan oleh instrument melodis ( biola, acordeon, gambus) dan vocal, kekhasan musik melayu terletak pada pemahaman terhadap gaya dari ornamen dan cengkok. Setiap individu memiliki tingkat apresiasi dan interpretasi yang berbeda, sesuai dengan daya musikalitas yang dimiliki.

Hal yang menarik dari aspek musikal dari ornamen dan cengkok ini adalah perjalanan interval melodi serta pengolahan terhadap rytme dalam sebuah melodi yang penuh dengan nada-nada hias yang menjadi ke-khas-an bila dibandingkan dengan jenis musik yang lain.

Dari identifikasi beberapa sample ornamen dan cengkok dapat diolah menjadi beberapa tema pokok baru yang akan digarap kedalam komposisi ini yang akan dijadikan sebagai sumber musikal garapan baru dalam bentuk jenis pertunjukan Orkestra.

Tema yang akan diangkat kedalam komposisi ini adalah kesatuan melodi dan rytme yang mengandung pesan kelincahan (dinamis), kelembutan serta kekerabatan yang menjadi falsafah kehidupan masyarakat melayu.

Karya ini memberikan bentuk inovatif yang menawarkan bentuk baru serta ekspresi yang lain dari bentuk aslinya namun tetap berangkat dari sumber musik Melayu Tradisional.

III. Tujuan Penciptaan

Sebagai seniman intelektual yang memiliki latar belakang akademis khususnya Seni adalah merupakan tanggung jawab yang besar untuk memberikan alternatif penciptaan terhadap kekayaan budaya bangsa yang sepantasnya juga menjadi kekayaan para individu/masyarakat pendukungnya.

“Rentak Melayu” merupakan komposisi yang berangkat dari pengolahan nada-nada hias menjadi sebuah tema musikal yang menyuguhkan alternatif baru yang bertujuan untuk memberikan penyegaran baik dalam bentuk komposisi maupun dalam bentuk Pertunjukan.

IV. Tinjauan Sumber

Penggarapan Karya Seni ini menyikapi pada tulisan serta karya para komposer terdahulu yang pernah mengangkat penulisan serta penciptaan musik melayu dan gamat yang juga merupakan produk kesenian rumpun melayu.

Dalam rangka menambah bahan referensi terhadap karya ini, penggarap juga mendokumentasikan repertare-repertoar musik melayu yang ada baik dalam bentuk tulisan, lisan serta audio visual.

Tinjauan sumber tertulis tentang musik melayu sangatlah terbatas namun ada beberapa buku serta tulisan lainya yang dapat dijadikan sebagai sumber adalah :

1. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,edisi baru, Rineka

2. Rizaldi,Biola Gaya Melayu,PHK A1, STSI Padangpanjang 2005

3. Maman S.Mahayana,”Alam Melayu: Pantun Sebagai Representasi Kebudayaan Melayu” Dalam Kumpulan Makalah Seminar Budaya Melayu Sedunia, 2003

4. Edi Sedyawati, “Di Depan dan di Balik Pentas: Dialog Tersembunyi dalam Seni Pertunjukan”. Dalam Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, Th. XI-2001/2002.

5. Dieter Mack,Musik Kontemporer dan Persoalan Interkultural, Artline 2001

6. Suka Harjana, Musik Antara Kritik dan Apresiasi, Buku Kompas 2004

7. Dieter Mack, Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi 1996

8. Leon Stein, Structure and Style,the Study and Analisis of Musical Form, New Jersey 1979

9.Gustav Strube, The Theory and use of Chord. Philadelphia : Olever Ditson Company, 1969

V. Kerangka Teori/ konsep

Bila ditinjau secara umum, repertoar musik melayu sangatlah terbatas dan lagu-lagu melayu dapat dikatakan sangat sedikit perkembangan, dan hanya sebagai sebuah kesenian klasik yang terpaut dengan Repertoare/lagu-lagu yang telah ada, sehingga pada akhirnya karya- karya yang berbasis melayu tidak akan berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEKS secara global.

Pendekatan dalam penggarapan komposisi ini menggunakan pendekatan reinterpretasi . Menurut Edi Sedyawati Pendekatan reinterpretasi tradisi adalah penggarapan sebuah karya yang bersumber pada suatu bagian kecil dari sebuah musik tradisi.[6]

Ide musical dari garapan ini berangkat dari bagian kecil dari unsur musikal lagu melayu yaitu gerenek dan cengkok yang ada pada permainan biola melayu yang dikembang dengan teknik pengembangan melodi. Nada hias yang dimainkan oleh biola,gambus, acordeon merupakan karakter melayu yang pada dasarnya tidak lazim dimainkan oleh pemain biola klasik. Namun inilah yang menjadikan konsep dasar dari permainan biola melayu. Permainan triller, grupetto, appoggiatura dan nada hias lainnya cendrung dimainkan dengan gaya yang berbeda sesuai dengan interpretasi pemusik.

Dalam pengolahan tema melodi tidak menghilangkan / mengaburkan spirit musik tradisi. Pada pendekatan ini memberikan peluang sebesar-besarnya pada komposer untuk memodifikasi, memanipulasi, dan mendistrosi sumber bunyi kedalam pengolahan serta alat/ media musik lainnya .

Penataan komposisi ini memerlukan kemampuan multi disipliner, yang pada situasi lain penggarap dihadapkan pada penguasaan musik melayu secara tradisional dan dilain pihak penguasaan terhadap teori-teori komposisi serta ilmu pendukung lainya.

VI. Proses Garapan

Proses garapan komposisi ini melalui tahapan sebagai berikut;

1. Eksplorasi

Pada tahap awal mengamati beberapa repertoire musik melayu dengan mengumpulkan lagu-lagu melayu sesuai dengan pengelompokan nya antara lain, senandung, mak inang, joget, serta patam-patam.

Penjelajahan ini terpusat pada gaya serta ornamen – ornamen yang terdapat pada lagu-lagu melayu tersebut.

Dari hasil penjajakan dari musik melayu yang ada, dapat diambil beberapa sample gerenek dan cengkok sebagai berikut:

Gerenek

Cengkok

2. Improvisasi.

Tahap selanjutnya adalah tahap menganalisa data repertoire yang ada serta membuat beberapa sample dari ornamen-ornamen lagu melayu yang akan dijadikan tema dalam penggarapan komposisi.

Dari beberapa sample akan muncul beberapa tema yang dapat dijadikan tema pokok pada bagian lain dalam penggarapan komposisi ini. Tema pokok tersebut adalah :

3. Pembentukan

Permainan musik melayu selalu melalui kaedah-kaedah yang sudah lazim dilakukan dalam pertunjukan musik melayu, ada yang dinamakan pintu lagu, penutup lagu dan sebagainya. Instrumen Biola pada dasarnya memainkan melodi yang sama dengan vocal.

Biola dalam komposisi ini sebagai pembawa melodi pokok, yang memainkan melodi utama dengan ide garapan pengolahan melodi,pola rhytme, tempo serta tanda sukat.Teknik garapan menggunakan ilmu musik konvensional, dengan teknik komposis serta orkestrasi yang disesuaikan dengan formasi Orkestra.

Komposisi ini merupakan suatu kesatuan utuh yang terdiri dari tiga bagian Largo ( Senandung), allegro moderato (Mak Inang) serta Presto ( Joget) yang digarap kedalam bentuk Orkestra.

Pengolahan bunyi sebagai medium musik yang menelusuri ruang dan waktu sangat tergantung pada Orkestrasi serta penempatan instrumen dalam memainkan melodi. Adapun Intrumen yang dibutuhkan pada garapan ini, antara lain Seksi gesek (violin, viola, cello, doble bass), seksi tiup kayu ( flute, oboe, clarinet), tiup logam (trompet, horn, trombone) , perkusi ( Gendang melayu) serta accordion.

Tema pokok merupakan ide musikal yang akan dikembangkan dengan tehnik pengolahan motif, frase (anticident, konsekwen) dan kalimat musik juga diolah dengan prinsip repetisi, transisi, modulasi .Teknik tersebut diatas diharapkan dapat menuju pada isi dari penggarapan komposisi ini yang mengandung pesan-pesan psikologis yaitu kelincahan, kelembutan dan kekerabatan.

Pada Bagian Akhir dari komposisi ini, menyuguhkan kemampuan solis ( Biola) dalam bermain dengan prinsip cannon ( bersautan). Pada bagian ini adalah bagian klimaks dari sebuah garapan yang diharapkan memberikan kesan yang sempurna dalam sebuah pertunjukan .

Garapan musik ini diharapkan akan melahirkan ide serta pengembangan bentuk baru terhadap materi musik melayu

VII. Pergelaran

Pembentukan Managemen Pertunjukan merupakan hal yang penting dalam rangka mengurus Pergelaran ini .Pertunjukan komposisi ini dilakukan pada ruang tertutup (In door) yaitu pada Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam STSI Padangpanjang

VIII. Jadwal Pelaksanaan

Dilaksanakan pada Ujian Akhir Program Pasca Sarjana STSI Padangpanjang periode I Tahun 2010

IX. Biaya

Segala biaya yang ditimbulkan dari seluruh proses Pergelaran ini ditanggung oleh : Karya Siswa dan Para Sponsor

Daftar Pustaka

Mack, Dieter, 1996. Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi

Mack, Dieter, 2001. Musik Kontemporer dan Persoalan Interkultural, Artline

Sedyawati, Edi, “Di Depan dan di Balik Pentas: Dialog Tersembunyi dalam Seni Pertunjukan”. Dalam Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, Th. XI-2001/2002.

Strube,Gustav, 1969. The Theory and use of Chord. Philadelphia : Olever Ditson Company.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,edisi baru, Rineka

Stein,Leon, 1979. Structure and Style,the Study and Analisis of Musical Form, New Jersey

S.Mahayana Maman,”Alam Melayu: Pantun Sebagai Representasi Kebudayaan Melayu” Dalam Kumpulan Makalah Seminar Budaya Melayu Sedunia, 2003

Rizaldi, 2005. Biola Gaya Melayu,PHK A1, STSI Padangpanjang

Harjana, Suka, Musik Antara Kritik dan Apresiasi, Buku Kompas 2004



[1] Maman S.Mahayana,”Alam Melayu: Pantun Sebagai Representasi Kebudayaan Melayu” Dalam Kumpulan Makalah Seminar Budaya Melayu Sedunia, 2003, p.18

[2] ibid, p.18-19

[3] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,edisi baru, Rineka, p.249

[4] Rizaldi,BiolaGaya Melayu,PHK A1, 2005, p.3

[5] Ibid

[6] Edi Sedyawati, “Di Depan dan di Balik Pentas: Dialog Tersembunyi dalam Seni Pertunjukan”. Dalam Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, Th. XI-2001/2002.

Tidak ada komentar: